Kamis, 01 Desember 2011

Fakta Terbaru yang Mengerikan Tentang Pemanasan Global

Fakta Terbaru yang Mengerikan Tentang Pemanasan Global


Fakta pertama: pemanasan global adalah nyata adanya. Fakta kedua: pemanasan global berpengaruh luar biasa pada semua kehidupan di bumi ini. Kita sudah mengalaminya saat harga bahan tanaman seperti cabai melonjak hebat karena cuaca tak memungkinkannya berbuah. Lebah tidak lagi menghasilkan madu karena bunga tidak mekar. Namun apa sih yang menyebabkan pemanasan global? Dapatkah manusia terhindar dari malapetaka lebih hebat? Inilah beberapa jawaban ilmiah.
Apa yang Telah Dilakukan Manusia?
Bagian terbesar pemanasan global disebabkan oleh pembakaran sumber energi fosil alias minyak bumi. Istilahnya BBM (minyak tanah, bensin, dan solar). Pengembangan menunjukkan, bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mengerem laju pemakaian BBM. Di antaranya rumah yang menggunakan sel surya sebagai sumber energi dan bangunan cerdas lainnya. Bahkan rumah energi plus yang bisa menghasilkan energi lebih dari yang dibutuhkan, sehingga mampu menjadi pensuplai energi. Industri mobil juga mulai bergerak untuk semakin banyak memproduksi mobil elektro, hybrid, dan mobil dengan emisi nol alias tanpa menghasilkan gas buang. Jika hal ini terus dikembangkan, mungkin bumi masih bisa tertolong. Mungkin. Karena masih banyak negara yang menghasilkan gas buang perusak lingkungan ini.
Negara Pendosa Terbesar Penghasil Gas CO2
Selama ini 2 negara besar yang dicap sebagai perusak lingkungan nomor wahid adalah AS dan RRC. Namun menurut data terbaru dari World Energy Outlook 2009, jika dipandang dari banyaknya gas karbondioksida per kepala populasi maka inilah 20 negara pendosa besar dan perusak lingkungan hidup (syukurlah Indonesia tidak termasuk di dalamnya):
Ranking ke-20: Korea Selatan (9,9 ton per kepala)
Ranking ke-19: Irlandia (10,1 ton per kepala)
Ranking ke-18: Negeri Belanda (10,9 ton per kepala)
Ranking ke-17: Rusia (11,1 ton per kepala)
Ranking ke-16: Cekoslovakia (11,8 ton per kepala)
Ranking ke-15: Finlandia (12,1 ton per kepala)
Ranking ke-14: Kasastan (12,3 ton per kepala)
Ranking ke-13: Eslandia (13,4 ton per kepala)
Ranking ke-12: Oman (13,8 ton per kepala)
Ranking ke-11: Arab Saudi (14,8 ton per kepala)
Ranking ke-10: Brunei Darussalam (15 ton per kepala)
Ranking ke-9: Kanada (17,4 ton per kepala)
Ranking ke-8: Australia (18,7 ton per kepala)
Ranking ke-7: AS (19 ton per kepala)
Ranking ke-6: Trinidad Tobago (21,9 ton per kepala)
Ranking ke-5: Luksemsburg (22,1 ton per kepala)
Ranking ke-4: Kuwait (25,1 ton per kepala)
Ranking ke-3: Bahrain (28,2 ton per kepala)
Ranking ke-2: Uni Emirat Arab (29,9 ton per kepala)
Ranking ke-1: Katar (58 ton per kepala)
Dampak Terburuk Pemanasan Global
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia juga akan terkena dampak parah akibat pemanasan global, yaitu dengan naiknya permukaan air laut. Sudah saatnya pemerintah propinsi membuat langka-langkah alternatif bagi rakyat yang mata pencahariannya tergantung kondisi pantai.
Lebih dari 35 juta populasi negara Banglades hidup di wilayah yang tingginya kurang dari 1 meter dpl (di atas permukaan laut). Dari 50 kota metropolitan dunia, 22 di antaranya terletak di pinggir pantai. Belanda sudah merencanakan dan sebagian menerapkan kota di atas air dan meninggikan dataran. Belanda mampu melakukannya, Banglades tidak bisa (karena miskinnya). Negara-negara kepulauan di Pasifik, misalnya Tuvalu dan Kiribati, sudah punya rencana imigrasi total ke Australia dan Selandia Baru. Negara Maledevi, seperti beberapa lainnya, akan lenyap dari peta bumi. Tertelan naiknya permukaan laut.
Seandainya seluruh salju di benua Antartika mencair, maka di seluruh dunia permukaan air laut akan naik setinggi 65 meter. Kenaikan 1 derajat suhu bumi akan mengakibatkan perputaran air secara global kian intensiv, kemarau akan semakin panjang. Sementara itu di tempat lain akan dilanda banjir bandang. Hujan lebat berhari-hari bagai dicurahkan dari langit. Topan dengan kecepatan ratusan kilometer perjam akan menjadi peristiwa alam yang sangat biasa. Mengiringi hujan lebat yang bukan alang-kepalang. Gletser menipis dan persediaan air bersih akan berantakan. Ratusan juta orang yang terkena dampak paling langsung adalah di India dan RRC. Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah kita sudah siap?

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More