Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Dunia Pada Ekosistem Laut dan Konsumsi Ikan Dunia
Perubahan iklim dunia akibat pemanasan global mulai berdampak nyata pada jumlah dan distribusi ikan di laut, selain pengaruh faktor penangkapan ikan besar-besaran tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem, dan polusi akibat ulah manusia. Hal ini efeknya akan dirasakan manusia pada akhirnya, terutama di segi ekonomi dan pemenuhan nutrisi protein yang selama ini diperoleh dengan meng-konsumsi ikan.
Dalam sebuah pertemuan para pakar dan ilmuwan iklim, dan biologi laut, semuanya menyimpulkan perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini sangat cepat dengan tingkat perubahan yang jauh dari perkiraan semula. Efek perubahan iklim pada manusia sudah sangat terasa, dimana terjadi berbagai bencana alam seperti banjir disertai longsor, topan, badai dengan tingkat frekuensi yang jauh lebih banyak dari sebelumnya, sementara di daerah tertentu malah terjadi peningkatan suhu luar biasa, termasuk suhu di atas 40 Celcius yang merambah Eropa ketika terjadi gelombang panas. Kebakaran hutan pun sering terjadi dimana-mana tanpa kontrol. Sudah tak ada lagi fenomena iklim dan cuaca normal seperti era dahulunya, bahkan ketidakteraturan dan anomali iklim dan cuaca seperti itulah yang dianggap normal. Ikan dan ekosistem laut pun tak terlepas dari pengaruh perubahan iklim dan pemanasan global tersebut.
Peningkatan konsentrasi gas CO2 atau karbondioksida menimbulkan efek nyata pada ekosistem laut, dimana terjadi proses pengasaman yang membahayakan ekosistem laut, terutama karena mematikan plankton-plankton, yang termasuk dalam rantai makanan laut, yang menjadi sumber makanan banyak ikan. Terumbu karang yang menjadi sumber kehidupan banyak organisme laut juga berada dalam bahaya olehnya.
Peningkatan suhu bumi juga berimbas pada peningkatan suhu air, baik air laut maupun air tawar, dan sangat menggangu kehidupan ikan-ikan di dalamnya. Walaupun pada dasarnya tingkat metabolisme ikan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, tapi jumlah pasokan makanan jauh berkurang sehingga pada akhirnya menggangu proses pertumbuhan dan reproduksi ikan. Bahkan beberapa jenis ikan, termasuk di antaranya ikan Salmon, tak bisa bertelur sama sekali. Konsentrasi gas oksigen yang digunakan untuk bernafas juga berkurang di air yang bersuhu lebih tinggi, dan hal ini turut mempengaruhi ikan-ikan air tawar. Yang jelas kemampuan bertahan hidup para organisme laut pun menurun, terutama bagi ikan-ikan yang masih kecil.
Peningkatan suhu air laut juga membuat ikan-ikan tersebut berpindah ke perairan yang lebih dingin. Ikan-ikan yang berada di perairan tropis seperti Indonesia akan berpindah ke air yang lebih dingin. Ikan di air yang lebih dingin berpindah ke air yang lebih dingin lagi. Begitu seterusnya, hingga ikan di sekitar kutub utara pun berpindah ke utara ke daerah kutub yang lebih dingin lagi. Bahkan sebuah prediksi mengatakan bahwa ikan-ikan tersebut berpindah sejauh 40 sampai 45 km tiap sepuluh tahunnya, sehingga pada tahun 2050 hampir semua ikan-ikan yang biasa ada di perairan tropis seperti Indonesia akan menghilang dan punah, berpindah ke utara atau ke selatan. Begitu parahnya efek pemanasan global, sehingga jika manusia menghentikan penangkapan ikan sama sekali, tetap saja hal ini tak terhindari dan hanya mundur waktunya 10 tahun.
Kalau sudah begini bagaimana dengan konsumsi ikan di Indonesia nantinya? Pastinya akan jauh berkurang, dan kita pun akan mengimpor ikan dari luar negeri, dan kehidupan para nelayan pun akan porak poranda. Yang jelas, tak hanya negara tropis seperti Indonesia yang merasakan dampaknya, karena semua negara merasakan yang sama yakni ikan-ikan mereka berpindah tempat. Sebelum ikan-ikan dari daerah yang lebih panas datang menuju perairan mereka, mereka pun merasakan kelangkaan ikan di perairannya.
Jadi sangat jelas sekali efek pemanasan global dan perubahan iklim terhadap konsumsi ikan manusia, dimana ikan adalah sumber protein utama bagi milyaran manusia di muka bumi. Selain dampak pemenuhan gizi dan kesehatan, ada juga dampak ekonomi yang ditimbulkan, mengingat terdapat ratusan juta orang yang profesi nya bergantung pada sektor perikanan, baik sebagai nelayan maupun karyawan-karyawan di perusahaan perikanan di seluruh dunia yang omsetnya mencapai ratusan milyar dollar Amerika per tahun.
Dan perlu diingat bahwa hal di atas belum termasuk dampak negatif yang ditimbulkan oleh penangkapan ikan secara sembarangan, dan juga efek polusi laut akibat aktivitas manusia. Perlu saya tekankan mengenai efek polusi laut ini, apalagi jika dikaitkan dengan tulisan saya terdahulu yakni Bahaya Plastik Bagi Lingkungan dan Kehidupan, dimana pada kenyataannya, hari demi hari semakin banyak ikan yang mati akibat tercemar bahan berbahaya yang melekat pada potongan kecil plastik, yang menurut penelitian sudah mencapai dasar laut saat ini. Dan hal ini akan terus berulang dan efeknya makin besar karena semakin banyak plastik yang masuk kelaut, sementara plastik yang termakan tak akan hancur dan diserap oleh tubuh ikan tapi akan keluar kembali ke laut walaupun ikan tersebut sudah membusuk dan mati. Potongan plastik yang sama akan bisa dimakan oleh ikan lainnya. Ini diakibatkan plastik tak akan benar-benar hancur, tapi akan tetap selama-lamanya berada di alam. Begitu juga dengan pupuk pertanian yang jika berlebihan menjadi sumber polusi bagi kehidupan laut.
Semoga semakin banyak manusia yang memahami dampak pemanasan global saat ini, dan semoga ada langkah-langkah nyata dari pemerintah di seluruh dunia, bekerjasama dengan ilmuwan dan ahli, untuk menangani bahaya punahnya ikan, antara lain dengan mengurangi pembuangan gas rumah kaca, mengurangi masuknya bahan-bahan sumber polusi laut, dan mencegah penangkapan ikan yang berlebihan.
0 komentar:
Posting Komentar